Read more
A.
Waterfall Process Model
Nama
model ini sebenarnya adalah “Linear
Sequential Model”. Model ini sering disebut dengan “classic life cycle” atau model waterfall.
Model ini adalah model yang muncul pertama kali yaitu sekitar tahun 1970
sehingga sering dianggap kuno, tetapi merupakan model yang paling banyak
dipakai didalam Software Engineering
(SE). Model ini melakukan pendekatan secara sistematis dan urut mulai dari level kebutuhan sistem lalu menuju ke
tahap analisis, desain, coding, testing atau verification dan maintenance.
Proses ini disebut dengan waterfall
karena tahap demi tahap yang dilalui harus menunggu selesainya tahap sebelumnya
dan berjalan berurutan. Sebagai contoh tahap desain harus menunggu selesainya
tahap sebelumnya yaitu tahap requirement.
Gambar 1 menunjukan tahapan pada model waterfall
secara umum.
Gambar 1. Tahapan umum dari Waterfall Process Model
(Roger S. Pressman : 2002 )
Gambar
1 menunjukkan tahapan umum dari model proses ini. (Roger S. Pressman, 2002)
menyatakan bahwa model ini terdiri dari
6 tahapan meskipun secara garis besar sama dengan tahapan-tahapan model waterfall pada umumnya. Berikut adalah
penjelasan dari tahap-tahap yang dilakukan di dalam model ini menurut Pressman
1.
System /
Information Engineering and Modeling
Permodelan ini diawali dengan
mencari kebutuhan dari keseluruhan sistem yang akan diaplikasikan ke dalam
bentuk software. Hal ini sangat
penting, mengingat software harus
dapat berinteraksi dengan elemen-elemen yang lain seperti hardware, database, dsb. Tahap ini sering disebut dengan Project Definition.
2.
Software
Requirements Analysis.
Proses pencarian kebutuhan
diintensifkan dan difokuskan pada software.
Untuk mengetahui sifat dari program yang akan dibuat, maka para software engineer harus mengerti tentang
domain informasi dari software,
misalnya fungsi yang dibutuhkan, user interface, dsb. Dari 2 aktivitas tersebut
(pencarian kebutuhan sistem dan software)
harus didokumentasikan dan ditunjukkan kepada pengguna.
3.
Design.
Proses ini digunakan untuk mengubah
kebutuhan-kebutuhan di atas menjadi representasi ke dalam bentuk “blueprint” software sebelum coding dimulai. Desain harus dapat
mengimplementasikan kebutuhan yang telah disebutkan pada tahap sebelumnya.
Seperti 2 aktivitas sebelumnya, maka proses ini juga harus didokumentasikan
sebagai konfigurasi dari software.
4.
Coding.
Untuk dapat dimengerti oleh mesin,
dalam hal ini adalah komputer, maka desain tadi harus diubah bentuknya menjadi
bentuk yang dapat dimengerti oleh mesin, yaitu ke dalam bahasa pemrograman
melalui proses coding. Tahap ini
merupakan implementasi dari tahap design
yang secara teknis nantinya dikerjakan oleh programmer.
5.
Testing /
Verification.
Sesuatu yang dibuat haruslah diujicobakan. Demikian juga
dengan software. Semua fungsi-fungsi software harus diujicobakan, agar software bebas dari error, dan hasilnya harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan yang sudah
didefinisikan sebelumnya.
6.
Maintenance.
Pemeliharaan suatu software diperlukan, termasuk di
dalamnya adalah pengembangan, karena software
yang dibuat tidak selamanya hanya seperti itu. Ketika dijalankan mungkin saja
masih ada error kecil yang tidak ditemukan
sebelumnya, atau ada penambahan fitur-fitur yang belum ada pada software tersebut. Pengembangan
diperlukan ketika adanya perubahan dari eksternal perusahaan seperti ketika ada
pergantian sistem operasi, atau perangkat lainnya.




0 Reviews
Silakan dikomentari